Soal No. 1
Air bermassa 100 gram berada pada suhu 20° C dipanasi hingga suhu 80°
C. Jika kalor jenis air adalah 1 kal/gr ° C tentukan jumlah kalor yang
diperlukan, nyatakan dalam satuan kalori!
Pembahasan
Data soal:
m = 100 gram
c = 1 kal/gr°C
T1 = 20°C
T2 = 80°C
Kalor yang diperlukan:
Q = m x c x Δ T
Q = 100 x 1 x (80−20)
Q = 100 x 60
Q = 6000 kalori
Soal No. 2
Air bermassa 100 gram berada pada suhu 20° C dipanasi hingga mendidih.
Jika kalor jenis air adalah 4200 J/kg ° C tentukan jumlah kalor yang
diperlukan, nyatakan dalam satuan joule!
Pembahasan
m = 100 gram = 0,1 kg
c = 4200 J/kg °C
T1 = 20°C
T2 = 100°C
Kalor yang diperlukan:
Q = m x c x Δ T
Q = 0,1 x 4200 x (100−20)
Q = 420 x 80
Q = 33600 joule
Soal No. 3
Es massa 200 gram bersuhu − 5°C dipanasi hingga suhunya menjadi − 1° C,
jika kalor jenis es adalah 0,5 kal/gr ° C. Tentukan berapa kalori kalor
yang diperlukan dalam proses tersebut!
Pembahasan
m = 200 gram
c = 0,5 kal/gr°C
T1 = −5°C
T2 = −1°C
Kalor yang diperlukan:
Q = m x c x Δ T
Q = 200 x 0,5 x [−1−(−5)]
Q = 100 x 4
Q = 400 kalori
Soal No. 4
Es
bermassa 150 gram berada pada suhu 0°C dipanasi hingga seluruhnya
melebur menjadi air yang bersuhu 0 °C. Tentukan jumlah kalor yang
diperlukan untuk proses tersebut!
Pembahasan
Data soal:
m = 150 gram
L = 80 kal/gr
Kalor untuk melebur seluruh es:
Q = m x L
Q = 150 x 80
Q = 12000 kalori
Soal No. 5
Es bermassa 250 gram bersuhu − 5° C dipanasi hingga melebur menjadi air
bersuhu 0°C. Jika kalor jenis es 0,5 kal/gr°C, dan kalor lebur es
adalah 80 kal/gr, tentukan kalor yang diperlukan untuk proses tersebut!
Pembahasan
Data soal:
m = 250 gram
ces = 0,5 kal/gr°C
Les = 80 kal/gram
Proses 1, menaikkan suhu es, kalor yang diperlukan:
Q1 = m x c x ΔT
Q1 = 250 x 0,5 x 5
Q1 = 625 kalori kalori
Proses 2, meleburkan seluruh es, kalor yang diperlukan:
Q2 = m x L = 250 x 80 = 20000 kalori
Jumlah kalor seluruhnya yaitu Q1 + Q2
Q = 625 + 20000
Q = 20625 kalori
Soal No. 6
Es bermassa 200 gram bersuhu − 5° C dipanasi hingga melebur menjadi air
bersuhu 100°C. Jika kalor jenis es 0,5 kal/gr°C, kalor jenis air adalah
1 kal/gr°C dan kalor lebur es adalah 80 kal/gr, tentukan jumlah kalor
yang diperlukan untuk proses tersebut!
Pembahasan
Data soal:
mes = mair = 200 gram
ces = 0,5 kal/gr°C
cair = 1 kal/gr°C
Les = 80 kal/gram
Proses 1, menaikkan suhu es, kalor yang diperlukan:
Q1 = m x c x ΔT
Q1 = 200 x 0,5 x 5
Q1 = 500 kalori
Proses 2, meleburkan seluruh es, kalor yang diperlukan:
Q2 = m x L = 200 x 80 = 16000 kalori
Proses 3, menaikkan suhu air dari 0 hingga 100
Q3 = m x c x ΔT
Q3 = 200 x 1 x 100
Q3 = 30000
Keseluruhan jumlah kalor yang diperlukan adalah jumlah dari Q1, Q2 dan Q3:
Q = 500 + 16000 + 30000
Q = 46500 kalori
Soal No. 7
Air bersuhu 20°C dengan massa 200 gram dicampur dengan air bersuhu 90°C bermassa 300 gram. Tentukan suhu akhir campuran!
Pembahasan
Data soal:
m1 = 200 gram
m2 = 300 gram
c1 = c2 = 1 kal/gr°C
ΔT1 = t − 20
ΔT2 = 90 − t
Asas pertukaan kalor/asas black
Qlepas = Qterima
m2 x c2 x ΔT2 = m1 x c1 x ΔT1
300 x 1 x (90 − t) = 200 x 1 x (t − 20)
27000 − 300t = 200t − 4000
27000 + 4000 = 300t + 200t
31000 = 500t
t = 31000 / 500
t = 62°C
Soal No. 8
Sepotong logam dengan kalor jenis 0,2 kal/gr°C bermassa 100 gram
bersuhu 30°C dimasukkan pada bejana berisi air yang bersuhu 90°C
bermassa 200 gram. Jika kalor jenis air adalah 1 kal/gr°C dan pengaruh
bejana diabaikan tentukan suhu akhir logam!
Pembahasan
Data soal:
m1 = 100 gram
m2 = 200 gram
c1 = 0,2 kal/gr°
c2 = 1 kal/gr°C
ΔT1 = t − 30
ΔT2 = 90 − t
Asas pertukaan kalor/asas black
Qlepas = Qterima
m2 x c2 x ΔT2 = m1 x c1 x ΔT1
200 x 1 x (90 − t) = 100 x 0,2 x (t − 30)
18000 − 200t = 20 t − 600
18000 + 600 = 200t + 20t
18600 = 220t
t = 18600 / 220
t = 84,5 °C
Soal No. 9
Peristiwa-peristiwa berikut berkaitan dengan proses perpindahan kalor:
1) besi yang dibakar salah satu ujungnya, beberapa saat kemudian ujung yang lain terasa panas.
2) terjadinya angin darat dan angin laut
3) sinar matahari sampai ke bumi
4) api unggun pada jarak 3 meter terasa panas
5) asap sisa pembakaran bergerak melalui cerobong dapur
6) air yang direbus, bagian bawah mengalir ke atas.
7) gelas kaca diisi air panas, bagin luar gelas ikut terasa panas.
8) pakaian yang lembab disetrika menjadi kering
Pilahkan peristiwa-peristiwa di atas berdasarkan kaitannya dengan perpindahan kalor secara konduksi, konveksi dan radiasi!
Pembahasan
1) besi yang dibakar salah satu ujungnya, beberapa saat kemudian ujung yang lain terasa panas → konduksi
2) terjadinya angin darat dan angin laut→ konveksi
3) sinar matahari sampai ke bumi → radiasi
4) api unggun pada jarak 3 meter terasa panas → radiasi
5) asap sisa pembakaran bergerak melalui cerobong dapur → konveksi
6) air yang direbus, bagian bawah mengalir ke atas → konveksi
7) gelas kaca diisi air panas, bagin luar gelas ikut terasa panas→ konduksi
8) pakaian yang lembab disetrika menjadi kering→ konduksi
Soal No. 10
Perhatikan grafik berikut:
Air bermassa 500 gram mengalami penurunan suhu dari D menjadi C. Jika
kalor jenis air 4200 J/kg°C, tentukan jumlah kalor yang dilepaskan oleh
air, nyatakan dalam satuan kilojoule!
Pembahasan
Q = m x c x Δ T
Q = 0,5 x 4200 x 50
Q = 105000 joule
Q = 105 kJ
Read more: http://fisikastudycenter.com/fisika-smp/53-kalor-7-smp#ixzz2TKWxCWcK
14 Mei 2013
12 Mei 2013
Menjadi Guru Adalah Pengabdian, Menjadi Guru Berprestasi Adalah Kebanggaan
Judul
:
Menjadi Guru Adalah
Pengabdian, Menjadi Guru Berprestasi Adalah Kebanggaan
Bab
1 : Latar Belakang
“Hiduplah untuk memberi sebanyak – banyaknya, bukan untuk
menerima sebanyak – banyaknya” ( Pak Harfan dalam Film Laskar Pelangi ).
Jaman dulu banyak orang yang tidak mau jadi guru, karena guru jaman dulu adalah
pengabdian yang sebenarnya. Banyak guru yang hidupnya serba tidak berkecukupan
tapi mereka tetap bertahan dengan profesinya sebagai guru, karena tugas guru
dianggap sebagai tugas mulia yang tidak bisa diukur dengan uang.
Guru banyak disegani murid dan masyarakat karena pengabdiannya,
kesederhanaannya, dan pantang menyerah di tengah keserbatiadaan fasilitas dan
kurang perhatian masyarakat / pemerintah terhadap profesi guru.
Dunia
pendidikan saat ini sudah jauh berbeda dengan zaman dahulu, dahulu menjadi
seorang guru merupakan prestige bagi pandangan masyarakat tetapi berbeda dengan
hari ini profesi guru bagaikan emas sehingga banyak orang yang berkeinginan
untuk menjadi seorang guru. Mengapa demikian ?
Pilihan
menjadi seorang guru merupakan suatu pilihan yang tepat , hal ini dilihat dari
waktu kerja guru yang lebih pendek dibanding
dengan pekerjaan lain . bidang tugasnya bisa dikatakan mudah dan
menyenangkan. Selain itu kedudukan guru dimasyaribakat dipandang terhormat
karena ilmu yang diajarkan sangatlah berharga. Dengan fenomena seperti itulah
maka profesi guru sekarang menjadi incaran sebagian orang. Dari hal tersebut
maka terkadang timbul suatu pertanyaan
masih layakkah ungkapan Guru Adalah Pahlawan Tanpa Tanda Jasa?
Tetapi
jaman telah berubah, guru tampaknya sudah menjadi suatu profesi yang
menjanjikan, terutama dilihat dari segi materi. Pemerintah telah mengalokasikan
dana sebesar 21% dari APBN, untuk peningkatan kualitas pendidikan termasuk didalamnya
kesejahteraan guru.
Namun
pengabdian tidak diukur dari besar kecilnya penghasilan, karena gaji besar
bukan jaminan meningkatnya kualitas pendidikan. Wallahu alam. Pendidikan di
Indonesia belum mengalami pemerataan pendidikan, artinya masih banyak daerah –
daerah terpencil di Indonesia yang kekurangan guru. Padahal kita ketahui
gurulah yang akan mengubah paradigma siswa yang tidak paham menjadi paham, yang
tidak tahu menjadi tahu, yang tidak mengerti menjadi mengerti. Dengan kata lain
tanpa kehadiran guru, profesi – profesi lain tidak akan berkembang.
Dengan
kondisi yang demikian memotivasi penulis untuk mengabdikan diri karena
pengabdian guru didasari semangat pengabdian memanusiakan manusia yang
merupakan pondasi pendidikan kita.
Namun
perkembangan jaman semakin lama sangat sulit menemukan pribadi – pribadi yang
bersedia mengamalkan baktinya untuk menjadi guru tanpa diikuti adanya tuntutan
materi. Bagaimanapun materi juga tak dapat dinafikkan untuk menopang kebutuhan
hidup guru. Tidaklah berlebihan jika pengabdian guru yang tanpa ambisi
memperoleh kedudukan serta materi kepadanya layak disebut pahlawan tanpa tanda jasa.
Keadaan
telah berubah, gejala peningkatan minat masyarakat untuk terjun dalam peluang
dunia kerja menjadi tenaga pendidik, berprofesi sebagai guru. Hal tersebut
berbeda keadaannya dengan kurun waktu 10
– 20 tahun ke belakang. Citra guru masih memiliki kesan sebagai satu profesi
yang luhur. Keluhuran dedikasi teralamatkan pada gaji guru yang sangat tidak
sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Popularitas guru sebagai profesi berada jauh
dibawah profesi mentereng lainnya, misal dokter.
Maka
tak heran jika ada guru sepulang mengajar kemudian bekerja sambilan seperti
gambaran Iwan Fals dalam lagunya “Oemar Bakri”. Gambaran oemar bakri, sekarang
ini hampir dikatakan tidak ada lagi. Fenomena yang ada, lebih bijaksana kjika
profesi guru tidak dijadikan sebagai profesi untuk menumpuk materi, tapi perlu
dipilah – pilah antara profesi guru sebagai bentuk profesionalisme kerja dengan
profesi guru sebagai bentuk pengabdian masyarakat.
Visi
serta misi hidup dan kehidupan penulis adalah hiduplah dalam pengabdian yang
dilandasi keikhlasan, untuk pengabdian masyarakat.
Bab
2 : Menjadi Guru Adalah Pengabdian, Menjadi Guru Berprestasi Adalah Kebanggaan
“Pendidikan bukanlah segala – galanya, namun segala –
galanya berawal dari pendidikan”. (peribahasa)
Pengabdian
adalah perbuatan baik untuk kepentingan manusia itu sendiri. Pengabdian adalah
perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat ataupun tenaga sebagai perwujudan
dan kesetiaan, cinta, dan kasih sayang atau satu ikatan semua itu dilakukan
dengan ikhlas.
Di
dalam jejaring sistem pendidikan yang begitu kompleks, guru berperan sebagai
sentral. Kualitas guru adalah bagaimana guru mengabdi, bagaimana cara guru
mencintai profesinya. Ketika guru mencintai profesinya, maka pengabdiannya akan
seluruhnya diberikan pada siswa – siswanya, akan dilakukan yang terbaik yang
mampu dilakukan oleh guru tersebut.
Tak
mengenal lelah dan tempat guru mengabdi dengan tulus mencerdaskan anak bangsa.
Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa, yang benar – benar berjuang untuk
negeri. Kesediaan seorang guru ditempatkan dipelosok adalah pengabdian yang
menuntut pengorbanan.
Tanggung
jawab guru yang terpenting adalah merencanakan dan menuntun murid – murid
melakukan kegiatan – kegiatan belajar untuk mencapai pertumbuhan dan
perkembangan yang diinginkan serta mengembangkan kurikulum sekolah. Selain itu
tanggung jawab seorang guru yang dengan membina siswa agar menjadi manusia
berwatak ( berkarakter ). Mengembangkan watak dan kepribadiaan siswa sehingga
mereka memiliki kebiasaan, sikap dan cita – cita, berpikir dan berbuat, berani
dan bertanggung jawab, ramah dan mau bekerjasama, bertindak atas dasar nilai –
nilai moral yang tinggi. Semua jadi tanggung jawab guru.
Kontekstualisasi
dalam perbedaan guru dulu dengan guru sekarang, sangat disadari bukanlah satu
pekerjaan yang gampang, tetapi usaha – usaha itu diperlukan untuk menghindari
ketrjebakan psikis profesionalisme kerja pada pencapaian hasil materi semata.
Sering
dijumpai di lapangan, beberapa guru mengajar hanya sebagai rutinitas
administratif kerja semata. Misal, ketika guru masuk dalam kelas, kemudian
memberikan materi pembelajaran seadanya, tanpa persiapan dan konsep layaknya
silabus, RPP. Bahkan miris, jika seorang guru justru mangkir dari tugasnya
lantaran harus memilih kerja sampingan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari –
hari.
Memahami
betapa pentingnya peran guru sebagai pilar membangun moral generasi muda
bangsa, maka pribadi unggul pada idealisme guru dalam arti kemurniaan
pengabdian untuk mendidik adalah yang utama.
Guru
berprestasi adalah guru yang memiliki kemampuan dan keberhasilan melaksanakan
tugas dengan kepribadian yang sesuai dengan profesi guru dan memiliki wawasan kependidikan
sehingga , secara nyata mampu meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran
atau bimbingan melebihi yang dicapai oleh guru lain sehingga dapat dijadikan
panutan oleh siswa, rekan sejawat maupun masyarakat sekitar.
Prestasi
adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara
individu maupun kelompok. (Djamarah, 1994). Prestasi tidak mungkin dicapai
tanpa adanya pengorbanan, dan tindakan
yang sungguh – sungguh. Dalam kenyataannya prestasi untuk mendapatkan
prestasi tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, tetapi harus dengan
pengorbanan dan berbagai rintangan dalam mencapainya. Hanya dengan keuletan,
kegigihan dan optimisme prestasi dapat dicapai.
Menjadi
guru berarti menjadi pemburu dan pecinta ilmu. Guru `dipaksa` untuk terus
berolah pikir. Mengembangkan ilmu yang diperoleh selama di sekolah dan kuliah.
Tidak jarang, guru bahkan mendapatkan ilmu baru yang tidak ada dibangku sekolah
atau kuliah. Belum lagi beragam persoalan menyangkut murid, semakin menambah kematangan
pribadi guru dalam berpikir dan bersikap. Inilah universitas kehidupan yang
sesungguhnya.
Seorang
guru berprestasi adalah harapan dunia pendidikan dan pilar tegaknya kemajuan
bangsa. Guru berprestasi adalah yang mampu mengabdi dengan penuh ketulusan,
yang rela mengorbankan waktu, tenaga, dan pikirannya dalam mentransfer ilmunya
kepada peserta didik. Guru berprestasi adalah yang mampu melihat, mendengar,
dan merasakan setiap kesulitan yang dihadapi anak didiknya. Ia tidak hanya
mampu mengajar tetapi juga mampu mendidik dan memberi kasih sayang kepada anak
didik. Dan guru berprestasi adalah yang mampu menjunjung tinggi profesionalitas
dan kualitas pengajarannya sebagai pendidik.
Keberhasilan
guru berprestasi tidak terletak pada jabatan dan uang, tetapi pada orang yang
mengerjakannya. Karakter dan sikap mental seseorang lebih menentukan
keberhasilan ketimbang jabatan dan uang, karena jabatan dan uang adalah
bersifat kebendaan duniawi yang begitu fana dan rapuh, yang sewaktu – waktu
bisa hilang atau rusak. Guru yang berprestasi memiliki karakter dan sikap
mental yang baik dan kuat terwujud dari sifat, sikap dan perilaku yang
dimasukan dalam kategori positif, yaitu jujur, percaya diri dan dapat
dipercaya, rendah hati, tangguh, ulet, optimis, pantang menyerah, disiplin.
Guru
adalah cermin keteladan bagi anak didiknya, maka pantulan segala bentuk
prestasi, kelebihan, kemampuan, kecerdasan, kebijaksanaan, kasih sayang, dan
segala bentuk pemahaman kepada anak didik dengan penuh ketulusan dan kerendahan
hati. Dalam pengembangan diri, seorang guru tidak bisa hanya sekedar belajar
teori – teori dalam ruangan yang terbatas, melainkan guru harus berpikir
tentang hal – hal yang berkaitan dengan masalah – masalah dalam kehidupan
sehari – hari, yang terpenting adalah bagaimana seorang guru harus berpikir
secara mandiri, kreatif, inovatif dan berkualitas.
Guru
harus mampu melaksanakan dan mengatur waktunya dengan baik. Guru harus mampu
mengatur pekerjaan dengan baik, maka pekerjaan yang perlu ditangani sendiri dan
mana yang perlu ditangani dan didelegasikan kepada orang lain. Guru harus bisa
menghargai apa yang perlu dihargai menurut skala prioritas. Seorang guru
sesibuk apapun harus selalu mengambil keputusan untuk menciptakan suatu rencana
– rencana. Seorang guru harus selalu memulai hari – harinya dengan sesuatu dari
hasil ciptaannya atau kemampuan sendiri. Seorang guru harus mampu melakukan
sesuatu secara efektif, efisien, dan produktif, misalnya dalam hal belajar
mengajar, mengembangkan kecerdasan anak didiknya dan mengembangkan
profesionalitasnya sebagai guru atau hal – hal lainnya.
Banyak
orang yang merasa bangga dengan kekayaannya, bangga dengan keilmuannya, dan
bangga dengan kekuasaannya. Sebagai guru yang mampu mengabdikan diri penuh
ketulusan pada anak didik, dan mampu berhasil menjadi guru yang berprestasi
adalah merupakan kebanggaan penulis. Penulis bangga dengan pengabdian sebagai
sebagai guru, bangga sebagai guru berprestasi. Kebanggaan sebagai guru
berprestasi adalah prestasi yang mulia, prestasi untuk menjadi lebih baik dari
hari ke hari. Bangga atas keberhasilan menjadi guru berprestasi harus dijadikan
sebagai pemicu untuk terus berprestasi.
Bab
3 : Pengabdian Dalam Bermasyarakat
Kita
jadi pandai membaca dan menulis, karena siapa ?
Kita jadi tahu karena siapa ?
Kita jadi bisa dibimbing bu guru
Kita jadi bisa dibimbing pak guru
Guru bak pelita penerang dalam
gulita
Jasamu tiada tara
Sungguh
jasa guru tidak bisa dibilang dengan materi, tidak bisa diungkap dengan
indahnya untaian mutiara kata, karena jasa guru tiada tara. Jasa guru yang
hadir karena pengabdian yang tulus dengan kemurnian dan keikhlasan profesi.
Guru bukan sekedar pekerjaan, tetapi profesi. Profesi merupakan tugas yang
diberikan dan diterima dalam rangka hidup ditengah – tengah masyarakat majemuk.
Profesi menuntut pendidikan dan ketrampilan yang amat tinggi serta spesialisasi
yang tajam, dituntut tanggung jawab dan komitmen. Profesi pengabdian masyarakat
yang luas kadang kala harus diawali semacam sumpah jabatan.
Peluang
kerja guru di era globalisasi semakin terbuka lebar. Berdasarkan data empat
tahun lalu, jumlah peserta didik di Indonesia dari SD hingga SMA mencapai 51
juta sedangkan jumlah gurunya hanya 2,2 juta guru. Akan tetapi perlu
diperhatikan guru tidak sebagai pekerjaan tapi juga bagaimana mutunya. Demikian
dikemukakan pengamat pendidikan Prof. Dr. Arief Rahman, M.Pd di sela-sela
Seminar Ekonomi Pendidikan Kreatif Universitas Pasundan dengan tema
"Peluang Kerja Menjadi Guru di Era Globalisasi dan Memanfaatkan Ekonomi
Kreatif Sebagai Bisnis di Masa Depan di Aula Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (FKIP) Jln. Tamansari, Kota Bandung, Kamis (7/3/13).
Untuk
menjadi guru harus ada jiwa pengabdian, sikap-sikap yang baik harus
dikembangkan. Kemudian baru ilmu, dan ketrampilan sehingga dampaknya pada
status dan kesejahteraan guru akan mengikuti. Jangan menjadi guru yang dikejar
kesejahteraan guru. Distribusi guru kondisi sampai saat ini belum merata. Guru
lebih banyak di kota daripada di pedesaan karena peluang dan pendapatan lebih
baik. Mungkin harus diperbaiki apa yang ingin dikejar, status boleh tapi yang
utama prestasi.
Sosok
professional guru ditunjukkan melalui tanggung jawabnya dalam melaksanakan
seluruh pengabdiannya. Guru professional hendaknya mampu memikul dan
melaksanakan tanggung jawab sebagai guru kepada peserta didik, orang tua,
masyarakat, bangsa, negara, dan agamanya. Guru
dituntut mencari tahu terus-menerus bagaimana seharusnya peserta didik itu
belajar. Maka, apabila ada kegagalan peserta didik, guru terpanggil untuk
menemukan penyebabnya dan mencari jalan keluar bersama peserta didik; bukan
mendiamkannya atau malahan menyalahkannya.
Menjadi guru bukan sebuah proses yang yang hanya dapat dilalui.
Menjadi guru bukan sebuah proses yang yang hanya dapat dilalui.
Guru
bukanlah sekedar pekerjaan, guru adalah lebih dari sebuah pengabdian. Pengabdian
kepada Allah SWT, pengabdian kepada masyarakat, pengabdian kepada siswa, yang
membutuhkan bantuan dalam menggapai beragam ilmu pengetahuan.
Pengabdian
kepada masyarakat sebagai warga negara selalu ingin berperan aktif dalam upaya
mencerdaskan anak bangsa dan kehidupan bangsa. Kalau dulu para pahlawan
berjuang dengan mengangkat senjata, sekarang dalam mengisi kemerdekaan, para
guru berjuang mengangkat pena demi mengangkat derajat dan martabat generasi
penerus bangsa agar tidak tertinggal oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Agar dapat bersaing dalam perputaran roda kehidupan di jaman yang
terus maju ini.
Memiliki
rasa pengabdian kepada masyarakat. Pendidikan memiliki peran sentral dalam
membangun masyarakat untuk mencapai kemajuan. Guru sebagai tenaga pendidikan
memiliki peran penting dalam mencerdaskan kehidupan masyarakat tersebut. Untuk
itulah guru dituntut memiliki pengabdian yang tinggi kepada masyarakat
khususnya dalam membelajarkan anak didik.
Bekerja atas panggilan hati nurani. Dalam melaksanakan tugas pengabdian pada masyarakat hendaknya didasari atas dorongan atau panggilan hati nurani. Sehingga guru akan merasa senang dalam melaksanakan tugas berat mencerdaskan anak didik.
Bekerja atas panggilan hati nurani. Dalam melaksanakan tugas pengabdian pada masyarakat hendaknya didasari atas dorongan atau panggilan hati nurani. Sehingga guru akan merasa senang dalam melaksanakan tugas berat mencerdaskan anak didik.
Pengabdian
kepada masyarakat sekitar dengan membantu mengembangkan, mengeksplor, mengolah
kemampuan masyarakat sekitar, dengan memberikan bantuan dan bimbingan belajar
secara cuma – cuma kepada anak – anak generasi bangsa yang masih duduk di
bangku sekolah. Memberikan bimbingan ekstrakurikuler di sekolah agar siswa
berkembang secara afektif dan psikomotorik. Dengan demikian pengabdian seorang
guru bukan hanya tuntutan kewajiban secara administratif. Guru berkewajiban
membantu, mengfasilitasi siswa untuk mampu mengeksplor kemampuan dirinya
sebagai pengabdian masyarakat.
Bab
4 : Harapan dan Rencana Kegiatan Masa Datang
Harapan penulis
menjadi guru adalah pengabdian, menjadi guru berprestasi adalah kebanggaan
adalah :
Ingin mengabdi menjadi guru
yang bukan sekedar janji semata namun
dalam bentuk nyata benar – benar pengabdian yang penuh ketulusan, keikhlasan,
kejujuran, penuh inovasi, pengorbanan waktu, tenaga maupun materi, untuk
mencerdaskan, membimbing, mendidik jiwa – jiwa muda generasi penerus bangsa.
Rencana kegiatan masa datang :
-
Meningkatkan kreativitas guru bukan
sekedar penguasaan teori.
-
Meningkatkan efektivitas pengelolaan
kelas.
-
Meningkatkan karya inovatif guru dalam
pengelolaan kelas.
-
Meningkatkan kedekatan dan keakraban
guru dengan siswa, sebagai jembatan pengembangan pengabdian masyarakat, melalui
kelompok belajar siswa, juga ekstrakurikuler.
Penutup
Kesimpulan
Menjadi guru adalah pengabdian, menjadi guru berprestasi
adalah kebanggaan, ini merupakan suatu fenomena bahwa pengabdian seorang guru
haruslah merupakan pengabdian dengan ketulusan, keikhlasan, yang rela
mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya dalam mentransfer ilmu, mendidik anak
didik, dapat dijadikan teladan baik oleh anak didik, rekan sejawat maupun
masyarakat. Keberhasilan guru menjadi guru berprestasi bukanlah diukur pada
jabatan dan uang, tapi pada hasil pengabdian dan pengorbanannya. Guru
berprestasi adalah seseorang yang memiliki karakter dan sikap yang positif,
yaitu jujur, percaya diri dan dapat dipercaya, rendah hati, tangguh, ulet,
optimis, pantang menyerah, dan disiplin.
Daftar Pustaka
Djamarah,
Syaiful Bahri, 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya : Usaha
Nasional.
E.
Mulyasa. 2003. Menjadi Guru Profesional. Rosda Karya.
Nurkencana,
2005. Evaluasi Hasil Belajar Mengajar. Surabaya. Usaha Nasional.
Slameto,
2003. Belajar dan Faktor – faktor yang Mempengaruhi. Jakarta : Rineka Cipta.
Langganan:
Postingan (Atom)